Kamis, 10 November 2011

Medan Makna


Medan makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya nama-nama warna dan nama-nama perkerabatan.
Contoh :
Banyak unsur leksikal dalam I medan makna antara bahasa yang I dengan bahasa yang lain tidak sama besarnya, karena hal tersebut berkaitan erat dengan sistem budaya masyarakat pemilik bahasa itu.
 Bahasa IndonesiaØ
Merah, coklat, baru. Hijau, kuning, abu-abu, putih dan hitam catatan menurut fisika putih adalah kumpulan berbagai warna sedangkan hitam adalah tak berwarna. Untuk menyatakan nuansa warna yang berbeda, Bahasa Indonesia memberi keterangan perbandingan seperti, merah darah, merah jambu, dan merah bata.
 Bahasa InggrisØ
Ada 10 warna yaitu white, red, yellow, purple, pink, orange, grey, blue.
 Bahasa HunancoØ
Ada 4 warna yaitu (ma) biru, yakni warna hitam dan warna gelap lainnya. (ma) langit yairu warna putih dan warna lainnya. (ma) rarar yakni kelompok warna merah dan (ma) latuy yakni warna kuning, jhijau muda dan coklat muda.
Kata-kata atau leksem-leksem yang megelompokkan dalam satu medan makna, berdasrkan sifat hubungan semantisnya dapat di bedakan atas kelompok medan kolokasi dan medan set kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Misalnya, dalam kalimat
(I). Supir metro mini mengintruksikan kepada karnet agar meminta onkos kepenumpang.
Kita dapati kata-kata supir, metromini, kernet, dan penumpang yang merupakan kata-kata dalam satu lokasi, satu tempat atau lingkungan yang sama, yang berkenan dengan lingkungan darat (dalam metromoni).
Kalau kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik, karena sifatnya yang linear, maka kelompok set menunjuk, pada hubungan pradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set biasanya mempunyai kelas yang sama dan tampaknya merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota lain dalam set itu umpamanya, kata remajamerupakan tahap perkembangan dari anak-anak menjadio dewasa, sedangkan kata sejuki merupakan suhu diantara dingin dan hangat, maka kalau kata-kata yang satu set dengan remaja dan sejuk dibagankan adalah menjadi sebagai berikut :
Manula / lansia Terik
Dewasa Panas
Remaja Hangat
Kanak-kanak Sejuk
Bayi Dingin
Pengelompokan kata atas kolokasi dan set ini besar artinya bagi kita dapat memahami konsep-konsep budaya yang ada dalam satu masyarakat bahasa. Namun pengelompokan ini sering kurang jelas karena adanya ketumpang tindihan unsur-unsur leksikal yang di kelompokkan itu, misalnya, kata karang dapat masuk dalam kelompok medan makna pariwisata dan dapat pula masuk kedalam kelompok medan makna pariwisata dan dapat pula dalam kelompok medan makna kelautan, selain itu pengelompokan kata atas medan makna ini tidak mempedulikan adanay nuansa makan, perbedaan makna denotasi dan konotasi. Misalnya, kata remaja itu juga memiliki juga makna “belum dewasa”, keras kepala, bersifat kaku, suka mengganggu dan membantah, serta tidak konsisten, jadi pengelompokan kata atas medan makana ini hanya tertumpu pada makna dasar, makna denotatif, atau makana pusatnya saja.

Medan Makna
Konsep medan leksikal atau medan makna atau ranah makna merupakan padanan konsep wortfeld yang dikemukakan oleh Trier (1931) atau semantic field oleh Lounsbury (1956) atau lexical field oleh Coseriu (1967), Lehrer (1974), dan Lyons (1977), atau semantic domain oleh Nida (1975) (Wedhawati, 1999). Istilah teori medan makna atau theory of semantic field berkaitan dengan teori bahwa perbendaharaan kata dalam suatu bahasa memeiliki medan struktur, baik secara leksikal maupun konseptual (Aminuddin, 2003).

Menurut Umar (1982), medan makna (al-haqlu ad-dilali) merupakan seperangkat atau kumpulan kata yang maknanya saling berkaitan. Dalam teori ini ditegaskan, bahwa agar kita memahami makna suatu kata, maka kita harus memahami pula sekumpulan kosa kota yang maknanya berhubungan (Umar, 1982). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Kridalaksana (1984), bahwa medan makna merupakan domain semantik. Ia merupakan bagian dari sistem bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kehidupan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Contoh: nama warna membentuk medan makna tertentu, begitu pula nama perabot rumah tangga, resep makanan dan minuman, peristilahan penerbangan, dst. de Saussure sebagaimana dikutip oleh Wedhawati (1999) menyatakan bahwa stiap butir leksikal terlibat dalam jaringan asosiasi yang menghubungkannya dengan butir leksikal lain berdasarkan kesamaan maknanya atau berdasarkan kesamaan bentuk dan maknanya.

Dalam kaitannya dengan medan makna ini, para pencetus teori ini, Lyon misalnya berpendapat, bahwa (a) setiap butir leksikal hanya ada pada satu medan makna, (b) tidak ada butir leksikal yang tidak menjadi anggota pada medan makna tertentu, (c) tidak ada alasan untuk mengabaikan konteks, dan (d) ketidakmungkinan kajian terhadap kosa kata terlepas dari struktur (Umar, 1982). Trier (1931) sebagaimana dikutip oleh Wedhawati (1999) menegaskan bahwa nilai sebuah kata hanya dapat diidentifikasi jika nilai itu dihadapkan pada nilai kata-kata yang bertetangga dan berlawanan. Hanya sebagai unsur dari keutuhannya sebuah kata mempunyai makna, sebab hanya di dalam medan kita jumpai makna.

Dalam bahasa Arab, kata alwan mempunyai sederetan kata yang maknanya berhubungan, yaitu ahmar ‘merah’, azraq ‘biru’, ashfar ‘kuning’, ahdlar ‘hijau’, dan abyadl ‘putih’. Kita juga mengenal istilah kekerabatan dalam bahasa Indonesia, misalnya anak, cucu, cicit. piut, bapak/ayah, ibu, kakek, nenek, moyang, buyut, paman, bibi, saudara, kakak, adik, sepupu, kemenakan, istri, suami, ipar, mertua, menantu, dan besan (Chaer, 2002).

Kata-kata yang berada dalam satu medan makna dapat dilihat hubungannya melalui tinjauan/relasi sintagmatik dan paradigmatik. Yang dimaksud dengan sintagmatik adalah hubungan linier antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu. Hubungan itu dikatakan hubungan in praesentia (Kridalaksana, 1984). Istilah lain dari hubungan sintagmatik adalah kolokasi. Kata kolokasi berasal dari bahasa Latin colloco yang berarti ada di tempat yang sama dengan) dengan menunjuk kepada hubungan sintagmatik. Artinya, kata-kata tersebut berada dalam satu kolokasi atau satu tempat atau lingkungan (Chaer, 2002).

Selanjutnya Chaer (2002) memberikan contoh Tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam bagai, lalu perahu itu digulung ombak, dan tenggelam beserta isinya. Kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan tenggelam merupakan kata-kata dalam satu kolokasi. Kolokasi berarti asosiasi hubungan makna kata yang satu dengan yang lain yang masing-masingnya memiliki hubungan ciri yang relative tetap, misalnya kata pandangan berhubunungan dengan mata, bibir dengan senyum, serta kata menyalak memiliki hubungan dengan anjing (Aminuddin, 2003).


Sement
ara itu, yang dimaksud dengan hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu dengan unsur-unsur lain di luar tataran itu yang dapat dipertukarkan; misal dalam kalimat Kami bermain bola antara kami dengan orang itu, saya, dsb. dan antara bermain dengan menyepak, mengambil, dsb. Hubungan antara unsur-unsur itu dikatakan hubungan in absentia (Kridalaksana, 1984). Dalam hal ini, Aminuddin (2003) memberikan contoh kalimat Menjelang pagi, perut saya lapar sekali, untung ada (----). Garis dalam kurung itu dapat diisi roti, nasi, tempe goreng, tahu, dan sebagainya. Kata-kata tersebut dan sekian lagi kata yang lainnya dapat diisikan di dalamnya karena kata-kata tersebut menunjuk acuan referen “dapat dimakan” sehingga mampu menanggulangi lapar. Istilah lain yang semakna dengan hubungan paradigmatik ini adalah golongan set. Yakni kata-kata atau unsur-unsur yang berada dalam satu set dapat saling menggantikan (Chaer, 2002).
Selanjutnya Chaer (2002) menegaskan bahwa suatu set biasanya berupa sekelompok unsur leksikal dari kelas yang sama yang tampaknya merupakan satu kesatuan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar