INIKAH SAPAMU
Presidenku…
Sepenggal niatmu
Kau mampu berdiri kembali
Di bawah terangnya kata
Kau ucapkan ikrar tuk kedua kalinya
Mampukah kau senyumkan rakyatmu
Dan dapatkah kau kubur tangis
Dalam menjawab semua harap
Hiasilah setekad niat sucimu
Untuk bangunkan rakyat lemah ini
Jangan kau biarkan insan ini
Akan haus kepedulianmu
Majulah terus presidenku
Membangun, membina dan menoleh
Pada bawahan yang tak mampu
Bangunkan dalam mimpi nyata
Karya’ Siti Nurjanah
SAYAP-SAYAP MASYARAKAT
Ketika sang fajar terbangun
Semua insan beradu
Ketika sang mentari berdiri
Semua insan berbanting
Ketika sang mentari tidur kembali
Semua insan masih berboyong kuli
Setiap hari, setiap waktu
Aku menginjak di bumi pertiwi
Membanting tulang di ladang harapan
Demi orang yang tersayang
Tapi, semua harapan dan impian
Sirna.... sirna
Terbakar keserakahan tuan
Sungguh, tiada yang peduli
Akan kecilnya kami ini
Karya’ Ita Rosita
KORUPTOR
Hai, kau tikus-tikus berdasi
Ingatlah!
Aku yang tersisihkan
Menangis, terluka, lapar dan terabaikan
Apa kau tahu?
Sebagian dari tawamu adalah tangisku
Dingin, kesakitan
Kau tak pernah peduli
Kau hanya berlalu lalang
Dengan uangku
Menikmati setiap tetes keringatku
Karya’ Lusianawati
BUMIKU MENANGIS
Langkahku mati
Kala kukenali hari tak lagi tertawa
Jantung ini tak mau lagi berdetak
Saat kulihat berjuta nyawa terhampar tanpa nyawa
Luapan tangis
Membuatku tak berdaya
Senyuman... canda tawa
Kini semuanya telah tiada
Tuhan...
Benarkah ini murka-Mu
Atau hanya sebatas teguran
Tuhan...
Hanya tadahan tangan
Jeritan hati
Serta sujud...
Yang mampu kulakukan
Dan percikan air doa
Abadi dalam mengharap kasih-Mu
Karya’ Tuti Purwati
SANG KORUPTOR
Kau busuk...
Berjalan mengangkat wajah
Mata-mata sembab itu menatap
Memandang jijik padamu
Kau rakus...
Seperti bacin aroma sifatmu
Bersembunyi dalam terang
Tersenyum di depan yang kelaparan
Kau bermuka dua...
Mengulum senyum
Mereka berurai air mata
Mereka terhempas
Kau tertawa melihatnya
Kau dikutuk mereka...
Mata-mata yang sembab oleh air mata
Tangan-tangan yang tengadah
Bibir-bibir kering tanpa senyum
Raut-raut muka yang tak pernah merona
Kaulah koruptor...
Karya’ Siti Nurmaelani
DERMAWAN
Pagi menjelang
Seraut wajah terlentang
Melihat harapan
Yang tak kunjung datang
Sebekal harapan
Hanya itu makanan
Menanti uluran
Dari dermawan
Namamu harum
Bagai bunga di taman
Kaulah dermawan
Yang kami harapkan
Karya’ Abdul Aziz Arrofi
YANG HARUS KAU TAHU
Ketika badai menghadang
Hamparan pasir berhamburan
Amuk ombak...
Menerjang tanah kering
Akankah kau berpikir
Teguran telah kau terima
Tangisan telah kau raakan
Akankah kau kembali...
Bersimpuh kepada-Nya
Karya’ Iin Maryati
TANGISKU
Biru lautan
Kini telah sirna
Sejauhnya alam
Tak lagi kurasa
Di mana hari indah itu
Biarkan kubersembunyi
Bersama nyanyian burung
Inginku jadi sahabatnya
Karya’ Ugi Handayani
KISAH AKHIR SEKOLAH
Kita pernah begitu dkat
Bagai air yang kita minum
Bagai udara yang kita hirup
Bagai api dengan panas
Kita sama-sama berjuang
Sama-sama belajar
Belajar mengisi catatan kehidupan
Karena belajar adalah tugas kita
Perpisahan adalah akhir dari kebersamaan kita
Bukan perpisahan yang aku sesali
Tapi pertemuan yang aku sesali
Namun kita makhluk sosial
Harus berinteraksi dan tak ada yang mesti disesali
Lanjutkan perjalananmu
Raih mimpimu
Bersama masa depan yang lebih cerah
Semoga esok hari kita bisa bersama dan berkumpul kembali.
Karya’ Sulaeman
PAHLAWAN
Pada waktu tanah air kita diserang penjajah
Engkau bangkit berdiri tegap dan gagah
Berteriak lantang tak mau menyerah
Enyahlah engkau penjajah
Ini bumiku, bumi ibuku jangan dijamah
Kini, berkat jasamu kita telah merdeka
Menghirup udara bebas dan membangun negeri
Menuntut ilmu untuk masa depanku
Sebagai bekal mengabdi pada negriku
Meneruskan perjuanganmu
Karya’ Indiansera
PEJUANG BANGSA
Hai... pejuang bangsa
Kau korbankan jiwa dan
Kehormatanmu....
Untuk bangsa
Jatuh dan bangun
Siang dan malam
Kau bertempur di medan perang
Tanpa peduli akan nyawamu hilang
Kau korban dan perjuangkan
Hingga titik darah penghabisan
Demi kehormatan bangsa
Demi kemerdekaan negara
Kau pun gugur
Dengan gagah dan ksatria
Karya’ Sukarya
TSUNAMI
Tsunami...
Ombak menggelegar
Angin berhembus kencang
Terdengar suara bisikan alam
Tangisan yang sangat dalam
Tsunami...
Namamu indah terdengar
Namamu indah dipandang mata
Namun
Kehadiranmu membawa petaka
Kehadiranmu membawa duka
Duka.. bagi bangsa
Karya’ Siti Nurlelasari
BUMI MENANGIS
Ketika bumi berguncang
Angin berteriak seram
Ombak tak bersahabat dengan karang di lautan
Melihat bumi tercintaku hancur
Hanya air yang mampu berbicara
Bunga menabgis...
Burung berlari....
Alam bersedih....
Merasakan bumi tercintaku ini hancur
Jiwa yang tak bernyawa
Harta yang sudah tiada
Apakah ini akibat dosa kita semua
Ataukah alam yang tak cinta bumi kita
Ataukah Tuhan yang murka pada kita
Karya’ Titin Setiawati
TERLAMBAT SEKOLAH
Pukul 07.05.... ”aduh”!
Kubawa langkahku bergegas
Menerobos gerbang sekolah
Sekilas mataku menatap kelas-kelas
” ah”...aku terlambat lagi!!!
Kususuri koridor dengan langkah gemetar
Kutapaki tiap anak dengan dada terdesir
Keringat dingin setetes demi setetes
Mengiringi langkahku menyusuri kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar